Field trip Hutan Lindung

27/07/2013 21:04

Survey sungai hutan lindung merupakan salah satu materi mata kuliah konservasi lingkungan akuakultur. Praktik kali ini, kami laksanakan dengan semangat, entah kenapa praktik yang disajikan Pak Kadarusman selalu bersambut semangat dari kami taruna Madya TBP. __ha ha ha, mungkin karena praktik yang disajikan beliau tidak monoton dan selalu baru buat kami-kami. Karena bersemangatnya, untuk praktik lapangan, kami nggak ikut apel pagi__sampai dimarahin oleh dosen piket. Kami nggak peduli, pokoknya praktik konservasi hutan lindung jadi dan jadi, ho hooooo.

Kala itu, jum’at jam 8 pagi, semua anak-anak pada ngumpul di depan iLitbangbiat dengan kostum hutan dan siap melakukan perjalanan. Beberapa menit kemudian, bus DAMRI pun tiba, kenapa ya kami tidak menggunakan bus APSOR? Selidik demi selidik, kala itu, bus APSOR baru saja mengalami kecelakaan. Bravo bapak Kadar, yang telah memperhatikan keselamatan perjalanan kami. Sang DAMRI mengaung, melaju ke tempat garam, menembus pikuknya pasar boswesen.

Tapi, di perjalanan, kami saling bertanya satu sama lain, Pak Kadar kok nggak ikut ya? kenapa? Hanya ada pak Saidin dan pak Sofian, selama perjalanan, kami diam. Setelah tiba di dalam hutan lindung, heningpun pecah, semua sumringah setelah melihat pak Kadar datang dengan Kawasakinya.

Tanpa membuat waktu, pemaparan singkat tentang prosedur yang kita harus laksanakan, kami pun mulai beraksi. Letak geografis sungai berada pada koordinat 00° 54.674’S – 131° 21.259’E. Kami mulai mencatat vegetasi apa yang ada, mengambil sampel tanah dan teman-teman taruna mulai menjala.  Satu persatu, udang kecil dan ikan-ikan kecil mulai tertangkap jala. Selanjutnya, kami melakukan perjalanan menyusuri sungai yang lebih kecil, tapi beraliran deras dan keruh (000 54.801’S-1310 21.259’E). Anakan sungai kecil ini belum tersentuh aktivitas manusia, di sungai ini kami menebar jala dan mendapati ikan endemik seperti ikan Rainbow dan ikan Wader. 

      

Sambil menjala, campur canda-tawa, riang karena main air, perjalanan kami lanjutkan menyusuri hulu sungai. Meskipun air keruh, deras dan dalam, kami nggak putus asa. Hanya saja, Pak Saidin yang sering jatuh dan kecebur ke dalam sungai karena semangatnya. Satu jam pertama pendakian terlewatkan, kami naik menyusuri bagian hulu, dekat dengan eksplorasi pabrik batu (00°54. 756’S- 131°21-721’E). Pada titik ini, sungai ini penuh dengan batu, airnya keruh dan dangkal. Ketika kami menebar jala, tidak ditemukan ikan endemik mungkin karena limbah pabrik batu yang mencemari sungai?

Tanpa henti, perjalanan ke hulu pun dilanjutkan, melewati bukit kecil dan mesin penggiling batu (00°54. 786’S-131°21.962’E). Pada etape ini, sungai kelihatan jernih, mengalir deras. Karena  derasnya arus sungai ini, satu persatu dari kami mulai hanyut, jatuh, dan beberapa diantara kami harus merelakan kakinya terhimpit dengan batuan cadas, semuanya basah kuyup, tapi senang, pokoknya rame.

Pada lekukan sungai bagian hulu, kami putuskan untuk berhenti, istirahat, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan dan diskusi tentang pentingnya menjaga kelangsungan sungai ini beserta biotanya. Diskusi semakin hangat sambil berenang, membenamkan badan ke dalam aliran sungai.

Setelah semua tahapan dan prosedur sampling telah terpenuhi, satu persatu ikan tangkapan dikemas, dimasukkan ke dalam kantong plastik secara individual. Koleksi spesimen ini menjadi bahan analisis dan bahan domestikasi di iLitbangbiat. Selama perjalanan pulang menyusuri derasnya sungai, satu demi satu dari kami kecebur dan kuyup. Puff..akhirnya tiba juga di bus DAMRI, tanpa buang waktu kami berpamitan kepada bapak Osok, sang tuan tanah. Sungguh capek dan lapar, lalu kami putuskan untuk makan siang di dalam hutan.

Selama perjalanan balik ke kampus, taruna-taruni tertidur pulas di DAMRI, mungkin karena lelah? Field trip yang menyenangkan, semua happy, semua mengerti tentang arti penting konservasi sungai. Thank you all.

________

Naskah diposting 27/07/2013

Disusun oleh Narty Chatrine Situmorang

Email: tbp.narty@gmail.com

—————

Back